Kamis, 04 Juni 2009

Nyata, Terlihat Tapi Tak Terasa

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kawan-kawan, ini ada oleh-oleh dari saya berupa foto-foto yang mungkin setidaknya bisa memberikan sedikit pengetahuan kepada kawan-kawan betapa susah dan sengsaranya masyarakat kepulauan terluar Indonesia dalam menikmati akses transportasi kita.

Ini adalah gambar kapal printis TRIGAS 5 dengan rute dari kota Tanjungpinang (Ibu Kota Prov. Kepri) – Pulau Letung – Tarempak (Kab. Anambas) – Kec. Midai – pulau Sedanau – Kec. Pulau Laut – Ranai – Kec. Subi – Kec. Serasan (semua Kab. Natuna) dan berakhir di Pemangkat (Kalbar). Kapal ini sebenarnya adalah kapal barang yang DIINOVASI SECARA PAKSA untuk difungsikan menjadi kapal penumpang. Dan satu rute perjalanan membutuhkan waktu setidaknya 12 hari.

Coba perhatikan baik-baik, dari sisi mana kawan akan mengatakan bahwa kapal tersebut layak untuk dijadikan sarana transportasi bagi manusia? Mungkin kawan akan susah mencarinya. Dengan kondisi atap yang hanya terbuat dari terpal plastik, tak berdinding, tak ada tempat duduk, orang dan barang berserakan bersatu dengan binatang ternak, satu unit kamar mandi danWC’a dengan ukuran luas tak lebih dari satu meter persegi, persis seperti kondisi tenda pengungsian para korban bencana. Yen wong Jogja ngomong “JAN NGENES TENAN, WIS POKOK’E ORA PATUT”.

Apalagi masyarakat Kecamatan Subi termasuk saya, hanya kapal inilah satu-satunya kapal reguler yang bisa membawa mereka menuju pulaunya jika berangkat dari Ibu Kota Kabupaten Natuna (Ranai), dan itupun harus menunggu selama 12 hari karena jadwalnya memang hanya 12 hari sekali.

Dan kondisi inilah yang setidaknya selalu dialami oleh masyarakat kepulauan secara umum jika hendak keluar dari daerah atau pulaunya menuju kota Kabupaten atau menuju daerah lainnya.

Jika mendengar dan melihat beberapa informasi mengenai kecelakaan transportasi laut yang sering dialami bangsa ini. Sungguh tidak terbayangkan apa yang ada di benak masyarakat, setidaknya di benak saya sendiri selaku orang yang paling tidak setiap satu bulan sekali harus mengalaminya. Bagaimana tidak, dengan kondisi sarana transportasi yang demikian terbatas, mau tidak mau harus tetap menjalaninya meski harus menempuh perjalanan selama berjam-jam bahkan berhari-hari melewati siang dan malam.

Mungkin untuk bulan-bulan ini dengan cuaca yang masih teduh, kesengsaraan dan ketakutan akan terjadinya musibah Insya Allah masih belum terbayangkan. Tetapi jika sudah memasuki bulan November hingga bulan Februari yang kalau orang Melayu sebut dengan istilah Musim Utara dengan ketinggian ombak antara tiga sampai tujuh meter, segala sesuatu mungkin bisa terjadi (na’udzubillahi mindzaalik).

Akan tetapi setidaknya kondisi ini sudah bisa diantisipasi atau paling tidak diminimalisir jika pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan akan akses transportasi bagi masyarakat kepulauan terluar negeri ini.

Untuk lebih jelasnya, alangkah baiknya kawan-kawan membayangkan dan selanjutnya membuat deskripsi sendiri menurut nalar dan pemikiran kawan-kawan masing-masing, sehingga akan terbawa suasana seandainya kalian merupakan bagian dari masyarakat kepulauan terluar tersebut.

Akhirnya, Selamat Berfantasi dengan imajinasi-imajninasi liar menuju pulau-pulau terluar Indonesia.

Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa. Inna Rabbii laghafuururrahiim

(doa Nabi Nuh ketika hendak berlayar saat Allah menghukum para umat Nabi Nuh yang membangkang dengan didatangkannya banjir besar)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

0 comments:

blogger templates | Make Money Online