Selasa, 19 Oktober 2010

Hayrünnisa Gul, Ibu Negara yang Memilih Konsisten Berjilbab

Jangan lihat pakaian saya, tapi lihatlah apa yang saya kerjakan nanti," ujar Hayrunnisa Gul, saat wartawati sebuah stasiun televisi asing memawancarainya tak lama setelah pelantikan suaminya, Abdullah Gul, sebagai presiden Turki, pada Agustus 2007. Saat itu, dunia berpaling pada terpilihnya Gul yang dianggap akan membawa kembali negara sekuler Turki pada sistem Islam.

Beda dengan para ibu negara sebelumnya, Hayrunnisa memilih tetap berkerudung. Padahal pada pemerintahan sebelumnya, jilbab sempat dilarang masuk ke lembaga-lembaga resmi negara. Saran agar ia menanggalkan jilbab, tak pernah diindahkannya.

Kendati berjilbab, Hayrunnisa selalu tampil menawan. Ia membuang jauh anggapan bahwa jilbab identik dengan baju kedodoran, tak modis, dan kumuh. Ia tampil rapi, anggun, dan tetap dalam kaidah syar'i. Namun lagi-lagi, ia selalu meminta agar jangan menilainya dari pakaian, tapi dari karya yang dihasilkan.

"Setiap wanita suka berpakaian baik dan peduli tentang pakaiannya. Saya juga memilih pakaian saya dengan hati-hati. Namun, saya ingin dibicarakan tidak dengan pakaian saya, tapi pekerjaan yang saya lakukan," ujarnya.

Dan ia membuktikannya. Gembrakan pertamanya, adalah menanamkan gerakan cinta membaca di kalangan kaum wanita dan anak-anak. Festival buku Talking Book Festival dihajat setiap tahun di negara ini. "Buku adalah gerbang untuk menggenggam dunia," ujar wanita penyuka buku, yang kerap diam-diam datang ke berbagai festival buku internasional ini.

Tak hanya buku, ia juga menjaga tradisi Turki, termasuk seni kulinernya. Dalam setiap kunjungannya ke berbagai pelosok negeri, ia selalu mampir ke pusat perawatan anak-anak dan panti jompo untuk memastikan kondisi mereka baik-baik saja. Saking perhatiannya dengan manula dan anak-anak, hampir tradisi sekarang ketika orang mendengar bahwa ia akan mengunjungi suatu provinsi, anak-anak dan orang tua setempat yang pertama menyambutnya.

"Saya akan berjuang untuk memastikan bahwa negara menyediakan semua kebutuhan material anak-anak. Mereka membutuhkan satu hal: cinta dan peduli," ujarnya.

Ia pantang "memenjarakan" anak-anak yatim di panti asuhan. Sebisa mungkin, katanya, anak-anak akan diintegrasikan pada sebuah keluarga, agar mereka tumbuh sebagai anak yang normal. Itu sebabnya, ia menggaji para pensiunan guru untuk merawat anak-anak yatim sebagai sebuah keluarga. "Saya percaya pengalaman mereka akan berkontribusi banyak untuk mempersiapkan anak-anak asuhnya hingga bisa berperan maksimal bagi kehidupan," ujarnya.

Satu lagi yang jarang diekspos pada publik, ia selalu mampir secara pribadi pada keluarga para syuhada. "Mereka adalah martir yang mewariskan negara ini pada kita. Anak laki-laki dan suami mereka mengorbankan hidup mereka untuk tanah air kita," ujarnya.

Ia bahkan menjalin kontak secara pribadi dengan mereka. Banyak anak-anak para syuhada yang menjadi anak asuhnya. Ketika anak-anak ini berprestasi, ia akan secara khusus menuliskan surat dengan tulisan tangannya menyampaikan ucapan selamat.

Hayrünnisa Gül lahir di Istanbul, tahun 1965. Dia baru lulus dari Çemberlita? Girls High Schoolketika Abdullah Gül yang lebih tua 15 tahun melamarnya. Mereka menikah tahun 1980. Kini pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, yaitu Ahmet Münir (lahir 1983), Kübra (lahir 1985), dan Mehmet Emre (lahir tahun 1991).

Bukan rahasia lagi, Hayrunnisa dan banyak wanita berjilbab lain yang ada di Turki sering mengalami ketidakadilan karena jilbab yang mereka kenakan.
Hal tersebut disampaikan oleh istri presiden Turki Abdullah Gul kepada dewan parlemen Eropa Jumat lalu, di mana diriya menyatakan ketidakpuasan yang mendalamnya atas sejumlah besar kontroversi penggunaan jilbab dan adanya pelarangan penggunaan jilbab yang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga publik yang ada di seluruh bagian negara Turki dan mencatat bahwa dirinya juga merupakan korban ketidakadilan di Turki akibat jilbab yang ia kenakan.

Hayrünnisa mengatakan bahwa ia telah mengajukan gugatan ke Pengadilan HAM Eropa karena ketidakadilan yang diterapkan kepada mereka karena alasan mengenakan jilbab.

Lembaga sekuler di Turki, khususnya peradilan dan tentara, telah menyatakan protes pedas sejak Abdullah Gul menduduki posisi presiden karena istrinya berjilbab, bahkan beberapa di antara mereka memutuskan untuk meninggalkan militer setelah melihat Ibu Negara Turki yang baru mengenakan jilbab.

Kepada surat kabar Turki Ceyhan, Hayrünnisa mengatakan dirinya sering kesal jika ditanya soal jilbab yang ia kenakan. "Stop berbicara soal ini dan membicarakan persoalan ini hanya membuang energi dan tidak ada manfaatnya bagi masa depan Turki," katanya menegaskan.

Sumber: Republika

0 comments:

blogger templates | Make Money Online