Dua orang bersaudara bekerja bersama menggarap ladang milik keluarga
mereka. Yang seorang, si kakak, telah menikah, dan memiliki keluarga
yang cukup besar. Si adik masih lajang, dan berencana tidak menikah.
Ketika musim panen tiba, mereka selalu membagi hasil sama rata.
Selalu begitu.
Pada suatu hari, si adik yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil
jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih
lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Maka, demi si kakak, setiap malam,
dia akan mengambil sekarung padi miliknya, dan dengan diam-diam,
meletakkan karung itu di lumbung milik kakaknya. Sekarung itu ia anggap
cukuplah untuk mengurangi beban si kakak dan keluarganya.
Sementara itu, si kakak yang telah menikah pun merasa gelisah
akan nasib adiknya. Ia berpikir, "Tidak adil jika kami selalu membagi rata
semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan
mampu merawatku kelak ketika tua. Sedangkan adikku, tak punya siapa-siapa,
tak akan ada yang peduli jika nanti dia tua dan miskin. Ia berhak
mendapatkan hasil lebih daripada aku."
Karena itu, setiap malam, secara diam-diam, ia pun mengambil
sekarung padi dari lumbungnya, dan memasukkan ke lumbung mulik adik
satu-satunya itu. Ia berharap, satu karung itu dapatlah mengurangi beban
adiknya, kelak.
Begitulah, selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu saling
menyimpan rahasia. Sementara padi di lumbung keduanya tak pernah berubah
jumlah.
Sampai..., suatu malam, keduanya bertemu, ketika sedang memindahkan
satu karung ke maring-masing lumbung saudaranya. Di saat itulah mereka
sadar, dan saling menangis, berpelukan. Mereka tahu, dalam diam, ada cinta
yang sangat dalam yang selama ini menjaga persaudaraan mereka. Ada harta,
yang justru menjadi perekat cinta, bukan perusak. Demikianlah jika
bersaudara.
Sabtu, 06 Februari 2010
Beginilah Jika Bersaudara
Posted by azhar el fuady at 00.26
Labels: Psycholife
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar