Puasa, sangat dekat dengan sabar. Setidaknya ada 3 persamaan antara puasa dan sabar.
Persamaan pertama, dari sisi makna. Puasa secara bahasa berarti al-imsa' (menahan diri). Dalam keterangan lain, Pak Quraish Shihab menyatakan bahwa puasa di dalam Al-Qur’an disebut dalam 2 bahasa: “shaum” dan “shiyam”. Keduanya pun bermakna “menahan diri”. Ketika Maryam melahirkan Isa tanpa kehadiran ayah, orang-orang lalu menggunjingnya. Bahkan menuduhnya yang bukan-bukan. Maryam pun berkata, "… inni nadzartu lirrahmaani shauman falan ukallimal yauma insiyya”. Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini (QS Maryam [19]: 26). “Shaum” di sini diartikan berpuasa dalam konteks menahan diri dari berbicara dengan orang lain.
Sedang pada ayat perintah berpuasa, “Kutiba ‘alaikumush shiyaamu …” yakni diwajibkan atas kamu berpuasa, kata “shiyam” berarti berpuasa dalam konteks menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri (di siang hari puasa), dan segala yang membatalkannya dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Sementara sabar (ash-shabr) pun secara bahasa berarti “al-habsu”, yakni menahan diri. Ucapan dalam bahasa Arab “qutila shabran” berarti ia terbunuh dalam keadaan ditahan atau ditawan. Dalam ayat “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya …” (QS Al-Kahfi [18]: 28), maka “bersabar” pada ayat itu bermakna “bertahanlah” dirimu bersama-sama dengan mereka. Sabar secara syariat berarti menahan diri atas tiga perkara: (sabar) dalam menaati Allah, (sabar) dalam meninggalkan kedurhakaan atau kemaksiatan kepada-Nya, dan (sabar) dalam menerima ketentuan-Nya (takdir) berupa musibah.
Persamaan kedua, dari sisi pahalanya. Pahala puasa itu tak terhingga, terserah kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (HR Muslim)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)
Dan persamaan ketiga, dari sisi terampuninya dosa. Hadits yang sangat terkenal mengenai puasa adalah:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena iman dan mengharap ridha Allah swt. (ihtisaban), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun 'alaih)
Sabar pun demikian, terutama ketika menghadapi musibah. Rasulullah saw. bersabda,
“Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Demikianlah ketiga persamaan antara puasa dan sabar itu. Tidaklah mengherankan jika salah satu hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran. Sungguh merugilah mereka yang telah berpayah-payah meninggalkan makan dan minum serta segala yang membatalkan puasanya jika kesabarannya tidak terlatih karenanya.
Oleh: Bahtiar HS
Sedang pada ayat perintah berpuasa, “Kutiba ‘alaikumush shiyaamu …” yakni diwajibkan atas kamu berpuasa, kata “shiyam” berarti berpuasa dalam konteks menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri (di siang hari puasa), dan segala yang membatalkannya dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Sementara sabar (ash-shabr) pun secara bahasa berarti “al-habsu”, yakni menahan diri. Ucapan dalam bahasa Arab “qutila shabran” berarti ia terbunuh dalam keadaan ditahan atau ditawan. Dalam ayat “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya …” (QS Al-Kahfi [18]: 28), maka “bersabar” pada ayat itu bermakna “bertahanlah” dirimu bersama-sama dengan mereka. Sabar secara syariat berarti menahan diri atas tiga perkara: (sabar) dalam menaati Allah, (sabar) dalam meninggalkan kedurhakaan atau kemaksiatan kepada-Nya, dan (sabar) dalam menerima ketentuan-Nya (takdir) berupa musibah.
Persamaan kedua, dari sisi pahalanya. Pahala puasa itu tak terhingga, terserah kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (HR Muslim)
Sungguh ganjaran atau pahala puasa yang tanpa batas ini serupa dengan pahala sabar. Dalam sebuah ayat, Allah swt. berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)
Dan persamaan ketiga, dari sisi terampuninya dosa. Hadits yang sangat terkenal mengenai puasa adalah:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena iman dan mengharap ridha Allah swt. (ihtisaban), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun 'alaih)
Sabar pun demikian, terutama ketika menghadapi musibah. Rasulullah saw. bersabda,
“Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Demikianlah ketiga persamaan antara puasa dan sabar itu. Tidaklah mengherankan jika salah satu hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran. Sungguh merugilah mereka yang telah berpayah-payah meninggalkan makan dan minum serta segala yang membatalkan puasanya jika kesabarannya tidak terlatih karenanya.
Oleh: Bahtiar HS
0 comments:
Posting Komentar